Rekonstruksi Pidana Mati Dalam Kuhp 2023: Kajian Normatif Terhadap Death Row Phenomenon Dan Asas Kepastian Hukum
DOI:
https://doi.org/10.61104/alz.v3i5.2504Keywords:
death penalty; legal certainty; death row phenomenon, 2023 Criminal Code.Abstract
Pembaruan hukum pidana melalui KUHP 2023 menandai perubahan paradigma dalam sistem pemidanaan Indonesia, khususnya pidana mati. KUHP 2023 menempatkan pidana mati sebagai pidana khusus yang dijatuhkan secara alternatif. Rekonstruksi ini mencerminkan orientasi humanistik dan prinsip kehati-hatian dalam penegakan hukum. Penelitian merupakan penelitian doktrinal dengan pendekatan menggunakan perundang-undangan dan pendekatan analitis untuk mengkaji kedudukan pidana mati serta kaitannya dengan asas kepastian hukum dan fenomena death row phenomenon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketentuan pidana percobaan sepuluh tahun memberikan kesempatan bagi terpidana untuk merubah nasibnya sendiri apabila berkelakuan baik dan menyesali perbuatannya. Penundaan eksekusi yang berkepanjangan berdasarkan KUHP (WvS) menimbulkan penderitaan psikologis bagi terpidana. Ketentuan baru dalam KUHP 2023 memberikan kepastian hukum melalui pengaturan yang jelas mengenai pelaksanaan, evaluasi, dan kemungkinan perubahan hukuman mati menjadi pidana seumur hidup. Pembaharuan ini sebagai langkah menuju sistem pemidanaan yang lebih manusiawi dan mengedepankan kepastian hukum, meskipun perlu diawasi agar tidak menimbulkan kembali death row phenomenon di lembaga pemasyarakatan
References
Adeleye, Nkem. “The Death Row Phenomenon: A Prohibition Against Torture, Cruel, Inhuman and Degrading Treatment or Punishment.” San Diego Law Review 58, no. 875 (2021): 875–902. https://digital.sandiego.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=3426&context=sdlr.
Amin, Muhammad Rizky Al, and Mitro Subroto. “Perlakuan Dan Pembinaan Terpidana Mati Di Lembaga Pemasyarakatan.” Jurnal Pendidikan Dan Konseling 4, no. 2 (2022): 121–26.
Budiman, Adhigama Andre, and Maidina Rahmawati. “Death Row Phenomenon in Indonesia.” Institute for Criminal Justice Reform. Indonesia, 2020.
Firdaus, Kaffa. “Kasus Merri Utami: Pisau Analisis Prinsip-Prinsip Peradilan Yang Jujur.” Jurnal Perempuan, 2016. http://www.jurnalperempuan.org/uploads/1/2/2/0/12201443/231116_merri_utami_kaffe.pdf.
Firdaus, Okky Chahyo Nugroho, and Oksimana Darmawan. “Alternatif Penanganan Deret Tunggu Terpidana Mati Di Lembaga Pemasyarakatan Dalam Konstruksi Hak Asasi Manusia.” Jurnal HAM 12, no. 3 (2021): 503. https://doi.org/10.30641/ham.2021.12.503-520.
FIRMANSYAH, M JULNIS, and NAUFAL RIDHWAN ALY. “LBH Masyarakat Sebut Merry Utami Alami Death Row Phenomenon, Apa Itu?” Tempo, 2023. https://www.tempo.co/hukum/lbh-masyarakat-sebut-merry-utami-alami-death-row-phenomenon-apa-itu--197402.
Hardiantoro, Alinda, and Rizal Setyo Nugroho. “Kisah Mary Jane, Terpidana Mati Yang Ditunda Dieksekusi Di Detik Akhir.” Kompas, 2023. https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/20/163000965/kisah-mary-jane-terpidana-mati-yang-ditunda-dieksekusi-di-detik-akhir?page=all.
Helmi, Muhammad Ishar, and Dian Ayu Refriani. “Masa Tunggu Eksekusi Terpidana Mati Di Indonesia Dalam Pendekatan Teori Kepastian Hukum Dan Maqasid Al Syariah Suatu Kajian Perbandingan.” Mizan: Journal of Islamic Law 6, no. 2 (2022): 189–202. https://doi.org/10.32507/mizan.v6i2.1624.
Hutasoit, Lia. “KontraS: Upaya Hapus Hukuman Mati Di Indonesia Masih Terjal.” IDN Times, 2023. https://www.idntimes.com/news/indonesia/kontras-upaya-hapus-hukuman-mati-di-indonesia-masih-terjal-00-sbfjr-wm4zfl.
Indonesia, Negara. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (1945).
———. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pub. L. No. 1 (2023).
Indonesia, Republik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, Pub. L. No. 22 Tahun 2022 (2022).
International, Amnesty. “Eksekusi Mati Global Cetak Rekor, Vonis Hukuman Mati Di Indonesia Terus Bertambah.” Amnesty International, 2025. https://www.amnesty.id/kabar-terbaru/siaran-pers/eksekusi-mati-global-cetak-rekor-vonis-hukuman-mati-di-indonesia-terus-bertambah/04/2025/.
Ismara, Yudhistira cipta, and Lagasakti Parwati Margaretha. “Konstitusionalitas Pidana Mati Bersyarat Dari Perspektif Tujuan Pemidanaan.” Jurnal Ilmu Hukum: ALETHEA 7, no. 2 (2024): 133–48. https://doi.org/10.24246/alethea.vol7.no2.p133-148.
Julyano, Mario, and Aditya Yuli Sulistyawan. “PEMAHAMAN TERHADAP ASAS KEPASTIAN HUKUM MELALUI KONSTRUKSI PENALARAN POSITIVISME HUKUM.” Jurnal Crepido 1, no. 1 (2019): 13–22. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/crepido/.
Jumiati, Agatha, and Ellectrananda Anugerah Ash-shidiqqi. “ASAS KEPASTIAN HUKUM PELAKSANAAN HUKUMAN MATI DI INDONESIA.” Jurnal Ius Civile (Refleksi Penegakan Hukum Dan Keadilan) 27, no. 2 (2021): 26–36.
Lotulung, Hendly Jeremia, Marthin L. Lambonan, and Yumi Simbala. “PENERAPAN PENJATUHAN PIDANAMATI DI INDONESIA DALAMPERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA.” Lex Administratum 13, no. 4 (2025): 1–13.
Maghdalina, Yati Nurhayati, and Nahdhah. “STUDI KOMPARATIF PENUNDAAN EKSEKUSI HUKUMAN MATI DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI INDONESIA DAN TIONGKOK.” Jurnal Penegakan Hukum Indonesia (JPHI) 6, no. 1 (2025): 1–14.
Manoppo, Gabrielle Aldy, Jolly K. Pongoh, and Grace Yurico Bawole. “ANALISIS PIDANA MATI BERDASARKAN PASAL 100 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2023 TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA.” Lex Administratum 13, no. 1 (2023). https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/administratum/article/view/51527/44196.
Muhaimin. Metode Penelitian Hukum. Mataram: Mataram University Press, 2020.
Mukhaer, Afkar Aristoteles. “Belanda Sudah Meninggalkan Hukuman Mati, Kecuali Untuk Hindia Belanda.” National Geographic Indonesia, 2021. https://nationalgeographic.grid.id/read/132987814/belanda-sudah-meninggalkan-hukuman-mati-kecuali-untuk-hindia-belanda?page=all.
Nurfatlah, Titin, and Zahratul’ain Taufik. “Pidana Mati Bersyarat DalaM KUHP Nasional Ditinjau Berdasarkan Tujuan Pemidanaan.” Jurnal Risalah Kenotariatan 5, no. 2 (2024): 248–61.
Parhan Muntafa. “Penerapan Pidana Mati Bersyarat Dalam KUHP Baru.” Jurnal Preferensi Hukum 4, no. 2 (2023): 2746–5039. https://doi.org/https://doi.org/10.55637/jph.4.2.6918.130-136.
Qamar, Nurul, and Farah Syah Rezah. METODE PENELITIAN HUKUM Doktrinal Dan Non-Doktrinal. Edited by Abd. Kahar Muzakkir and Faisal Rahman. 1st ed. Makassar: CV. Social Politic Genius (SIGn), 2020.
Siregar, Rudi Efendy. “Kepastian Hukum Masa Tunggu Eksekusi Pidana Mati.” Locus Journal of Academic Literature Review 1, no. 7 (2022): 373–85. https://doi.org/10.56128/ljoalr.v1i7.90.
Sutanto, Michelle Alycia. “KETIDAKADILAN HUKUMAN MATI MARY JANEVELOSO DITINJAU DARI MAZHAB HUKUM ALAM.” Rewang Rencang : Jurnal Hukum Lex Generalis 1, no. 4 (2020): 1–12.
Thea, Ady. “Amnesty International: Indonesia Signifikan Menyumbang Jumlah Vonis Hukuman Mati.” Hukum Online, 2025. https://www.hukumonline.com/berita/a/amnesty-international--indonesia-signifikan-menyumbang-jumlah-vonis-hukuman-mati-lt67f4918b0a143/.
Tongat. “Death Penalty in Indonesia: Between Criminal Law and Islamic Law Perspectives.” Legality: Jurnal Ilmiah Hukum 32, no. 1 (2024): 90–104. https://doi.org/10.22219/ljih.v32i1.32335.
Yuliana. “DAMPAK PELAKSANAAN HUKUMAN MATI TERHADAP KONDISI KEJIWAAN TERPIDANA MATI DI INDONESIA.” INDONESIAN JOURNAL OF CRIMINAL LAW STUDIES (IJCLS) 1, no. 1 (2016).
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Risma Elvariani, Tongat

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.









This work is licensed under a